Jangan Latah Sebar Hoax Tentang Penculikan Anak

INIKATA.co.id – Beberapa waktu belakangan, hoax alias berita tidak benar terkait kejadian penculikan anak marak beredar di media sosial dan whatsapp grup. Parahnya lagi, tak sedikit masyarakat yang seolah latah ikut menyebar kabar bohong yang menimbulkan kepanikan dan ketakutan tersebut.

Meski sebelumnya memang ada kasus penculikan dan pembunuhan berencana yang dilakukan dua remaja di Makassar terhadap korban yang berusia 11 tahun, namun Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Budhi Haryanto menghimbau masyarakat untuk tidak mudah percaya terkait isu-isu terkait penculikan anak yang sumbernya belum dapat dipertanggungjawabkan.

“Tidak usah percaya dengan berita yang tidak jelas sumbernya (terkait penculikan anak),” kata Budhi, Senin (23/1/2023).

Ia mengatakan, ketika nantinya penculikan anak itu benar adanya, pihak kepolisian tentunya akan mengeluarkan imbauan terkait dengan maraknya penculikan anak.

“Karena apabila ada sesuatu, pasti dari kepolisian akan mengumumkan,” ujarnya.

Budhi juga menyampaikan bahwa saat ini pihaknya telah menyiapkan tim untuk memantau dan memonitoring situasi Kamtibmas di wilayah Kota Makassar.

“Setiap saat ada team yang monitoring situasi gangguan kamtibmas,” terangnya.

Sementara, Psikolog Sosial dari universitas Hasanuddin, Ichlas Nanang Afandi mengatakan, fenomena ini tak terlepas dari kondisi masih banyaknya masyarakat yang belum memahami penggunaan media sosial sehingga muncul mentalias yang menganggap dirinya hebat ketika bisa menjadi orang yang lebih dulu menyebarkan informasi.

“Kita memang berada di zaman semua orang itu bisa menjadi wartawan. Ini akses informasi begitu bebas, sehingga semua warga itu merasa sebagai pewarta. Itu agak mengerikan dan membahayakan,” kata Ichlas, Senin (23/1/2023).

“Terus ada juga semacam mentalitas yang kalau kita yang paling pertama mewartakan berita itu kita paling jago. Nah karena ada mentalitas seperti itu, tidak pernah itu disaring apa yang mau di-share. Yang ada dipikirannya orang itu hanya saya jadi yang pertama mengabarkan. Akibatnya, kebenaran dari apa yang dikabarkannya itu menjadi nomor sekian, yang penting dia yang pertama yang mewartakan,” sambungnya.