MAKASSAR, INIKATA.co.id – Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar Diseminasi Riset Kebencanaan Kabupaten Luwu di Aula Andi Kambo, Kantor Bupati Luwu, Sabtu (15/3/2025). Kegiatan ini bertujuan mendukung pemerintah daerah dalam meningkatkan kapasitas mitigasi bencana serta menyusun kebijakan pembangunan berbasis kajian ilmiah.
Acara dibuka oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Luwu, Drs. H. Sulaiman, yang mengapresiasi keterlibatan Unhas dalam riset kebencanaan ini. Ia berharap hasil penelitian dapat menjadi dasar bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan yang tepat sasaran.
“Kami sangat menyambut baik riset ini. Hasilnya diharapkan menjadi masukan berharga bagi pembangunan yang lebih terarah dan sesuai kebutuhan masyarakat,” ujarnya.
Ketua DPRD Kabupaten Luwu, Ahmad Gazali, juga menyampaikan apresiasi atas kontribusi Unhas. Menurutnya, hasil riset ini memberikan gambaran menyeluruh tentang kerawanan bencana di daerah, termasuk wilayah yang selama ini kurang mendapat perhatian.
Wakil Rektor Bidang Kemitraan, Inovasi, Kewirausahaan, dan Bisnis Unhas, Prof. Dr. Eng. Ir. Adi Maulana, menjelaskan bahwa hasil riset telah dilaporkan kepada Bupati Luwu sebagai bagian dari kontribusi akademik Unhas dalam mendukung pembangunan daerah berbasis kajian ilmiah.
“Penelitian ini merupakan hasil kerja sama erat antara Unhas dan Pemkab Luwu. Hasilnya diharapkan menjadi masukan dalam menyusun kebijakan pembangunan yang lebih adaptif terhadap risiko bencana,” ungkap Prof. Adi, yang juga Ketua Tim Riset Kebencanaan Kabupaten Luwu dalam keterangannya, Selasa (18/3/2025).
Kepala Pusat Studi Kebencanaan Unhas, Dr. Ilham Alimuddin, mengungkapkan bahwa salah satu faktor utama pemicu bencana di Kabupaten Luwu adalah hujan ekstrem yang terjadi pada Mei 2024.
“Hujan ini masuk kategori ekstrem karena melebihi periode ulang 50 tahun, yang berarti kejadian serupa hanya terjadi sekali dalam 50 tahun dengan probabilitas 2%,” jelasnya.
Dr. Ilham menambahkan bahwa mayoritas daerah di sekitar Sungai Songgang dan Kadundung tergolong sangat rawan banjir. Risiko ini diperparah oleh perubahan tata guna lahan yang tidak terkendali, terutama di Kecamatan Latimojong.
Sementara itu, Ahli Manajemen Kebencanaan Unhas, Dr. Amril Hans, turut menyoroti tingkat kerentanan Kabupaten Luwu terhadap bencana alam, khususnya banjir dan longsor.
“Kabupaten Luwu memiliki risiko bencana tertinggi di Sulawesi Selatan dalam lima tahun terakhir. Sejak 2020 hingga 2025, bencana di Luwu didominasi banjir dan longsor, yang semakin parah akibat perubahan iklim dan curah hujan yang meningkat,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Dr. Amril mengungkapkan bahwa literasi kebencanaan masyarakat masih rendah.
“Hasil riset menunjukkan sekitar 57% masyarakat tidak siap menghadapi bencana. Banyak warga yang bermukim di bantaran sungai dengan pola permukiman berisiko tinggi. Minimnya edukasi dan akses informasi mitigasi memperburuk kondisi ini,” tambahnya.
Kolaborasi Lintas Sektor untuk Mitigasi Bencana
Sebagai langkah nyata dalam mitigasi bencana, PT Masmindo Dwi Area (MDA) turut berperan dengan menyediakan logistik, alat berat untuk membuka jalur evakuasi, serta bantuan dalam rehabilitasi pascabencana.
Selain itu, MDA juga aktif dalam program edukasi kebencanaan, termasuk pelatihan kesiapsiagaan dan pengembangan Desa Tangguh Bencana (Destana).
Dr. Amril menegaskan bahwa mitigasi bencana membutuhkan kolaborasi lintas sektor.
“Pemerintah daerah, DPRD, masyarakat, LSM, dan sektor swasta harus bersinergi untuk menyusun program mitigasi yang efektif, meningkatkan literasi kebencanaan, dan memperbaiki infrastruktur di daerah rawan bencana,” pungkasnya.
Kegiatan ini juga dihadiri perwakilan perangkat daerah Kabupaten Luwu, masyarakat terdampak, sektor swasta, aktivis lingkungan dari WALHI Sulsel, serta akademisi dan praktisi kebencanaan.
Hasil riset diharapkan menjadi dasar penyusunan kebijakan pembangunan yang lebih adaptif terhadap risiko bencana, serta meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat Kabupaten Luwu dalam menghadapi ancaman bencana di masa mendatang. (***)