Simalakama Uang THR Jelang Lebaran: Dibelanjakan Beresiko-Tak Dipakai Bikin Perekonomian Semakin Suram

MAKASSAR, INIKATA.co.id – Kondisi ekonomi kian hari kian mengkhawatirkan. Momentum lebaran dan bagi-bagi THR dinilai tidak mampu mengangkat daya beli warga.

Baru-baru ini, Bank Indonesia (BI) merilis hasil survei konsumen. Dari data tersebut menunjukkan, optimisme konsumen mengalami penurunan. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Februari 2025 turun 1,2 poin ke level 126,4. Hal ini tentu menjadi peringatan bagi pemerintah untuk menjaga daya beli agar tak menambah gejolak ekonomi domestik.

Pengamat Ekonomi Unhas, Prof. Marsuki DEA, mengatakan di tengah indeks keyakinan konsumen yang menurun, efek THR dikhawatirkan tidak akan terlalu berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat.

“Tren indeks keyakinan konsumen tentang arah perekonomian menurun. Sehingga bisa saja, pengeluaran pengeluaran konsumsi mereka tidak secara langsung meningkatkan konsumsinya,” kata Prof. Marsuki, Senin (17/3/2025).

Menurutnya, masyarakat akan lebih memilih untuk membatasi dan menahan belanja mereka karena kondisi ketidakpastian ekonomi yang tidak menentu.

“Mereka akan berjaga jaga sementara waktu untuk hadapi kondisi yang mungkin saja bisa memburuk. Sehingga dampaknya bisa memicu pengusaha akan menekan atau menahan kegiatan-kegiatan bisnis, dagang, bahkan produksinya,” ungkapnya.

Dampaknya nanti, lanjut dia, akan berefek pada meluasnya pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga potensi bertambahnya jumlah kemiskinan.

“PHK dapat meluas, pengangguran meningkat termasuk tingkat kemiskinan,” bebernya.

Prof. Marsuki bilang efek THR seharusnya dapat mendorong daya beli masyarakat, tapi tidak akan terlalu signifikan, seperti saat kondisi ekonomi dalam keadaan normal.

“Artinya, THR hanya stimulan yang bersifat sangat sementara, namun bagaimanapun tentu memberi dampak positif walaupun tidak signifikan, akibat kondisi tren perekonomian yang masih belum memberi harapan, seperti tercermin dari indeks keyakinan konsumen dan indeks produktif yang mengalami kontraksi,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan pencairan THR selalu menjadi momentum dalam mendongkrak daya beli masyarakat. Pengeluaran akan meningkat jelang lebaran Idulfitri.

“Pemberian THR merupakan jalan praktis yang diharap akan mempunyai dampak pada peningkatan belanja konsumsi dari penerima,” jelasnya.

Namun, pada momentum lebaran Idulfitri 1446 H/2025 M dinilai cukup berbeda dari kondisi pada umumnya. Di mana indeks keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi juga mengalami penurunan. Kondisi ketidakpastian ekonomi di momentum lebaran Idulfitri berdampak pada kelompok kelas menengah.

“Dalam situasi seperti saat ini, terutama daya beli masyarakat kelas menengah melemah,” pungkasnya.

Pemerintah sendiri tengah berupaya maksimal dalam menjaga daya beli masyarakat pada momentum Hari raya Idulfitri tahun ini. Sebab lebaran memiliki sumbangan besar terhadap nilai ekonomi Indonesia.

Adapun langkah-langkah upaya pemerintah tersebut diantaranya adalah THR dan gaji ke-13 bagi ASN, aparatur negara, hingga mitra transportasi online.

“Nah khusus untuk tahun ini tentu kita menjaga dengan berbagai kegiatan, antara lain THR gaji ke-13, kemudian THR dari PNS, TNI, Polri. Kemarin juga dengan Kementerian Tenaga Kerja dan online-online (pengemudi transportasi online) ngecek bonus hari raya kepada mereka yang memang aktif,” ungkap Menteri Koordinator Ekonomi, Airlangga Hartarto.

Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa pemerintah juga telah menerapkan diskon-diskon khusus untuk transportasi mudik.

Pertama, kebijakan dari pemerintah, Menteri Perhubungan dan Menteri Pariwisata. untuk diskon pesawat sampai 13-14 persen. Kemudian, antara lain dengan PPN ditanggung pemerintah yang berlaku periode 2 minggu, 24 Maret sampai 7 April 2025.

Ada juga diskon tol pada hari tertentu, periode mudik itu 20 persen. Kemudian program pariwisata mudik dengan BUMN.

Lebih lanjut, pemerintah juga bergerak dalam stabilisasi harga pangan melalui operasi pangan. “Nah ini adalah untuk menjaga daya beli masyarakat,” ucap Airlangga.

Pada tahun ini, jarak antara lebaran dan natal serta tahun baru yang panjang menjadi tantangan dalam menjaga daya beli masyarakat. Oleh karena itu perlu disiapkan strategi khusus.

“Oleh karena itu program di Q2 atau awal Q3 itu penting. Tadi saya bicara antara lain mungkin back to school. Di Q3 mungkin 17 Agustus,” ujar Airlangga.

Adapun diskon-diskon tersebut nanti diberlakukan lewat program BINA Diskon yang ada di pusat perbelanjaan di berbagai daerah. (fdl/wah)