Ramadan dengan Cinta 16: Kadar Cinta untuk Anak

 

OPINI
Oleh: Prof. Dr. H.Muammar Bakry, Lc., M.Ag (Rektor UIM Al-Gazali)

Membeda-bedakan anak sedapat mungkin tidak terjadi dalam satu keluarga, sebab dapat menimbulkan kecemburuan dan keretakan antar mereka, karena itu Rasulullah saw memerintahkan orang tua berlaku adil dengan sabdanya, “bertakwalah kepada Allah dan berlaku adillah kepada anakmu” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sebagaimana yang terjadi pada keluarga Nabi Ya’qub AS, seperti disinyalir dalam QS Yusuf:8 (Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata).

Saudara-saudara Yusuf menduga bahwa ayahnya, Ya’qub, melakukan hal yang diskriminatif terhadap mereka dengan lebih mencintai Yusuf.

Memberi perhatian yang lebih dibanding mereka, mengakibatkan terjadinya malapetaka pembuangan Yusuf ke dalam sumur yang nyaris jiwanya terancam.

Apakah memang Ya’qub membeda-bedakan cinta dan perhatian kepada anak-anaknya?

Saudara-saudara Yusuf menduga bahwa ayahnya, Ya’qub, melakukan hal yang diskriminatif terhadap mereka dengan lebih mencintai Yusuf.

Memberi perhatian yang lebih dibanding mereka, mengakibatkan terjadinya malapetaka pembuangan Yusuf ke dalam sumur yang nyaris jiwanya terancam.

Apakah memang Ya’qub membeda-bedakan cinta dan perhatian kepada anak-anaknya?

Salah satu sikap yang arif sebagai yang dijelaskan dalam surat Yusuf “Ayahnya (Ya’qub) berkata: “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.”(QS. Yusuf :5).

Ketika anaknya Yusuf menceritakan perihal mimpinya sebagai tanda keistimewaan dirinya, Nabi Ya’qub memuji anaknya tidak di hadapan anak-anaknya yang lain.

Nabi Ya’qub juga meminta Yusuf untuk merahasiakan hal tersebut, hal ini karena Nabi Ya’qub khawatir akan menimbulkan kecemburuan dari saudara-saudaranya yang lain, sehingga tidak lagi bisa membedakan yang benar dan salah.

Nabi Ya’qub memberikan contoh kepada kita untuk selalu menjaga perasaan anak dan bersikap adil kepada setiap anak. Adil tidaklah harus selalu diartikan sama rata atau satu banding satu, melainkan dilihat dari kebutuhan anak.

Jika Nabi Ya’qub terkesan lebih mencintai Ya’qub dan saudaranya, adalah hal yang lazim terjadi dalam keluarga jika orang tua lebih fokus perhatiannya kepada kondisi anaknya yang tiga.

Pertama anak yang jauh sampai ia kembali ke rumah, kedua anak sakit sampai ia sembuh, dan ketiga anak yang kecil sampai ia besar.

Jika Yusuf dan saudaranya mendapatkan perhatian yang lebih besar, itu karena Yusuf dan saudaranya masih relatif kecil yang membutuhkan kasih sayang yang lebih besar.

Diketahui bahwa Yusuf memiliki seorang saudara kandung bernama Benyamin dari Ibu yang bernama Rahel dan memiliki saudara-saudara seayah berbeda ibu, semua berjumlah sebelas orang.

Belum lagi sudah terlihat dari Yusuf tingkat kecerdasannya yang luar biasa dibanding saudara-saudaranya yang lain, Nabi Ya’qub sudah menyadari bahwa estafet kenabiannya akan dilanjutkan oleh putranya Yusuf.(**)