Banjir Tak Surut, Pengungsi di Makassar Capai 5.005 Jiwa

MAKASSAR, INIKATA.co.id – Jumlah pengungsi akibat banjir di Kota Makassar terus bertambah. Hingga Rabu (12/2/2025) malam pukul 20.00 WITA, Dinas Sosial Kota Makassar mencatat jumlah pengungsi mencapai 5.005 jiwa, terdiri dari 1.413 kepala keluarga yang tersebar di 48 titik pengungsian.

“Hingga pukul 20.00 WITA jumlah pengungsi mencapai 5.005 jiwa, dengan 1.413 kepala keluarga di 48 titik pengungsian,” ujar Kepala Dinas Sosial Kota Makassar, dr. Ita Rasdiana Anwar, melalui pesan tertulis, Rabu (12/2/2025).

Sebelumnya, Wali Kota Makassar, Moh. Ramdhan “Danny” Pomanto, menyebut banjir kali ini merupakan yang terparah dalam beberapa tahun terakhir. Selain genangan air yang meluas, angin kencang juga menyebabkan kerusakan rumah warga di sejumlah wilayah.

Sebagai langkah tanggap darurat, Danny telah mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Nomor 769/188.4.45/Tahun 2025 yang menetapkan status tanggap darurat bencana banjir di Kota Makassar mulai 10 hingga 17 Februari 2025.

SK tersebut juga menyatakan bahwa, biaya penanggulangan bencana akan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) melalui DPA BPBD Kota Makassar Tahun Anggaran 2025.

Dengan status darurat bencana ini, pemerintah pusat turut turun tangan dalam penanganan banjir. Bantuan logistik dari pusat dijadwalkan tiba di Makassar hari ini.

Selain itu, Pemkot juga diperbolehkan menggunakan anggaran Belanja Tak Terduga (BTT) untuk keperluan darurat sesuai kebutuhan.

“Karena sudah berstatus darurat, semua stakeholder harus bergerak. Pemerintah pusat juga akan mengirimkan bantuan, dan Pemkot sudah bisa menggunakan BTT,” kata Danny melalui sambungan telepon, Rabu (12/2/2025).

Kepala Pelaksana BPBD Kota Makassar, Hendra Hakamuddin, juga menyatakan bahwa, banjir tahun ini merupakan yang terparah. Namun, ia menilai bahwa intensitas hujan saat ini sebenarnya tidak lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Menurutnya, penyebab utama banjir bukan hanya curah hujan, tetapi juga kondisi Bendungan Bili-bili yang tidak mampu menampung luapan air sungai. Hal ini menyebabkan daerah sekitar, termasuk Makassar, terdampak lebih parah.

“Memang ada hujan sedang hingga lebat, tetapi durasinya terpotong-potong. Jika melihat ukuran hujan kemarin, seharusnya banjir tidak separah ini,” jelas Hendra.

Ia menambahkan bahwa pembukaan pintu air Bendungan Bili-bili secara bertahap juga menjadi faktor yang memperburuk kondisi.

“Bukan soal menyalahkan siapa-siapa, tetapi ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua,” pungkasnya. (Mawar)