Banjir Sulsel Berdampak pada Ekonomi Regional Hingga Pertanian

MAKASSAR, INIKATA.co.id – Cuaca ekstrem yang melanda Sulawesi Selatan sejak awal pekan ini mengakibatkan banjir besar di sejumlah wilayah, termasuk Kabupaten Maros dan Kota Makassar.

Bencana ini tak hanya merendam permukiman warga, tetapi juga melumpuhkan aktivitas transportasi dan perekonomian di daerah tersebut.

Jalur Trans Sulawesi, yang menjadi arteri utama penghubung antar wilayah, lumpuh akibat genangan air. Banyak kendaraan yang terjebak kemacetan sejak Selasa (11/2) sore hingga Rabu (12/2) siang. Beberapa pengendara bahkan terpaksa menuntun kendaraan mereka melewati banjir.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Makassar, Abdul Muthalib, menilai bahwa dampak banjir ini sangat signifikan pada sektor transportasi dan distribusi barang.

“Banjir menyebabkan barang-barang kebutuhan pokok, hasil pertanian, dan komoditas perdagangan tidak dapat didistribusikan secara lancar,” ujarnya, Rabu (12/2).

Banjir juga berdampak besar pada sektor pertanian. Lahan pertanian di Maros, Pangkep, dan Barru yang tergenang air mengakibatkan gagal panen. Diperkirakan sekitar 5.000-10.000 hektar lahan padi dan hortikultura rusak.

“Sulawesi Selatan biasanya menghasilkan sekitar 2,5 juta ton beras per tahun. Namun, banjir ini diperkirakan mengurangi produksi regional hingga 10-15% pada Februari-Maret 2024,” ujar Abdul Muthalib.

Banjir menyebabkan aktivitas perdagangan antar daerah terganggu, terutama yang bergantung pada jalur darat.

“Barang-barang seperti beras, sayuran, dan bahan pokok lainnya tidak dapat dikirim ke wilayah lain, menyebabkan kelangkaan di beberapa daerah. Volume perdagangan antar daerah diperkirakan turun 20-30%,” ujarnya.

Secara keseluruhan, banjir ini memberikan tekanan besar pada perekonomian Sulawesi Selatan. Pertumbuhan ekonomi regional diperkirakan melambat 0,5-1% pada kuartal pertama 2024.

“Sektor pertanian dan perdagangan, yang menjadi kontributor utama Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), mengalami kerugian signifikan,” tandasnya.

Selain dampak ekonomi, banjir juga menyebabkan ribuan warga terpaksa mengungsi. Aktivitas ekonomi harian masyarakat terganggu, sementara pencemaran air dan erosi tanah akibat banjir berpotensi memengaruhi produktivitas pertanian dalam jangka panjang.

Pemerintah dan pemangku kepentingan diharapkan segera mengambil langkah mitigasi untuk mengurangi dampak bencana di masa depan.

Perbaikan infrastruktur, bantuan kepada petani dan pedagang, serta sistem peringatan dini yang lebih efektif menjadi prioritas untuk mengantisipasi risiko serupa.

Data lebih rinci mengenai dampak banjir ini masih menunggu laporan resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta dinas terkait.(Fadli)