MAKASSAR, INIKATA.co.id – Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel nomor urut 1, Moh Ramdhan ‘Danny’ Pomanto – Azhar Arsyad (DiA) belakangan ini diserang sejumlah narasi bertendensi SARA.
Pada Rabu (30/10), sebuah video yang menyorot Ketua Umum Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Partai Nasdem Sulsel, Rusdi Masse (RMS) menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Dalam rekaman video viral itu, ada sindiran yang diduga dialamatkan kepada kandidat lain yang maju dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel.
Pernyataan itu disampaikan suami dari Cawagub nomor urut 2 Fatmawati Rusdi saat menyampaikan orasi dalam kegiatan pertemuan bersama Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep di Lapangan Bosowa, Kecamatan Watang Sawitto, Kabupaten Pinrang.
Ia menyebut, Calon Wakil Gubernur Sulsel yang bertarung melawan partai usungannya hanya sebatas mengaku sebagai orang Pinrang, tanpa memberikan kontribusi apa-apa.
“Apalagi calon wakil Gubernur yang mengaku orang Pinrang, tapi tidak ada apa-apa yang bisa dibawa ke Pinrang,” demikian penggalan ungkapan RMS yang terekam jelas dalam video yang kini viral di jagad maya.
Hal serupa dialami oleh Danny Pomanto. Hanya karena pernyataannya yang tak segan akan “kandatto” (memukul kepala) setiap orang yang mencoba main-main dengannya, ia lantas diancam akan dikembalikan ke tanah leluhurnya di Gorontalo.
“Danny jangan begitu kalau tidak mau kita kembalikan ke tanah leluhurnya (di Gorontalo),” kata Andi Mustamin Patawari Philip, Jumat (01/11/2024).
Mantan Aktivis 98 yang akrab disapa Bang Philip itu merasa tersinggung dengan istilah “kandatto” dan menyebut hal tersebut sebagai gambaran sifat arogansi Danny.
“Ini jelas menunjukkan sifat asli dia, calon pemimpin arogan, tidak cocok dengan masyarakat Sulsel yang menjunjung tinggi nilai kearifan lokal yaitu sipakatau, sipakalebbi, sipakainge,” sebutnya.
Merespon hal yang dialami kedua kandidatnya, Juru Bicara Danny – Azhar, Asri Tadda mengaku prihatin dengan cara-cara yang diperagakan oleh pendukung Paslon Andalan Hati.
“Sungguh disayangkan ada pernyataan tendensius menyerang sisi personal Pak Danny dan Pak Azhar. Ini juga sangat berbau SARA karena menyebut nama etnis dan daerah tertentu,” kata Asri, Jumat (01/11/2024).
Padahal, tambah Asri, baik Danny Pomanto maupun Azhar Arsyad tak sekalipun pernah menyerang pihak lawan dengan pernyataan tendensius berbau kesukuan atau etnisitas.
Selain itu, kubu Danny-Azhar (DiA) juga sudah berkomitmen untuk mengusung politik gagasan di Pilgub Sulsel agar masyarakat bisa tercerahkan, bukan malah terjebak pada politik SARA yang merusak kualitas demokrasi.
“Kami juga heran mengapa pernyataan-pernyataan tendensius seperti ini bahkan berasal dari figur tokoh politik yang seharusnya jadi teladan bagi masyarakat. Ini sudah berlebihan dan tidak baik bagi demokrasi kita,” ujar Asri.
Kendati begitu, Asri meyakini masyarakat Sulsel sudah sangat cerdas melihat dan menilai kandidat mana yang bisa membawa masa depan daerah ini menjadi lebih baik.
“Masyarakat sudah cerdas menilai. Lagi pula, biasanya serangan tendensius berbau SARA itu berasal dari pihak yang merasa terancam akan kalah sehingga mulai menghalalkan segala cara untuk menyerang lawan,” ujar Asri.
Karena itu, Danny – Azhar akan terus fokus bekerja untuk meningkatkan capaian elektoral demi memenangkan Pilgub Sulsel pada 27 November 2024 mendatang.
“Perjuangan Danny – Azhar di Pilgub ini adalah perjuangan untuk menyelamatkan Sulsel, juga menyelamatkan masa depan rakyat, agar para petani, nelayan dan rakyat kecil bisa lebih sejahtera. Karena itu mari kita bantu DiA,” pungkas Asri. (Mwr)