MAKASSAR, INIKATA.co.id – Tantangan Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen bukanlah hal yang mudah.
Pakar Ekonomi Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Hamid Padu mengatakan, produksi ekonomi di semua sektor harus menjadi perhatian serius. Karena selama ini Indonesia masih bergantung dan hanya menjadi konsumtif pada beberapa sektor.
“Kalau kita lihat bahwa kalau bertumbuh tinggi maka kita harus meningkatkan produksi di semua sektor baik di pertanian, industri manufaktur dan lain-lain, karena selama ini ekonomi kita itu lebih banyak didorong karena perputaran ekonomi konsumsi, sehingga nilai tambahnya kecil,” ucap Prof Hamid, Selasa (29/10/2024).
Sama halnya kata Prof Hamid, seperti pada sektor investasi, Indonesia harusnya tidak sekedar bergantung dan menyediakan ruang investasi, tapi memastikan pada setiap investasi mampu memaksimalkan produksi.
“Jadi sektor produksi itu ditingkatkan yang sudah ada selama ini sehingga bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen. Semua sektor investasi itu harus benar-benar fokus yang bisa menghasilkan produksi yang tinggi, jadi produktifitas bisa dilibatkan dengan modal yang sama,” jelasnya.
“Jadi harus semua pada aspek produksi baik itu tenaga kerja, modal, maupun teknologi seluruhnya harus produktivitas nya ditingkatkan,” sambungnya.
Dia meyakini, dengan memacu produksi pada semua sektor, diyakini akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi secara bertahap hingga menyentuh pada 8 persen.
“Kalau produktifitas ditingkatkan maka kita kelola ekonomi dengan sangat tepat sasaran dan efisien, artinya modalnya dan uangnya sesuai dan sangat efisien sehingga bisa menghasilkan daya dorong,” ungkapnya.
Olehnya itu, Guru Besar Bidang Ekonomi Unhas ini berharap agar tiga tahun kedepan, target pertumbuhan ekonomi menyentuh pada 8 persen dapat tercapai.
“Kita berharap tahun 2025 sudah ada pergerakan, kalau selama ini 5 persen, kita berharap 5 setengah sampai 6 persen. Tiga tahun kemudian lalu bisa sampai 7-8 persen,” jelasnya.
“Karena ini kan mesinnya harus dirombak, kebiasaan kerjanya, kebiasaan berpikirnya harus diubah, itu kan tidak gampang, makanya Presiden kemarin bawa Menteri ke Magelang, supaya ada kerjasama yang baik, Selama ini kan bekerja sendiri-sendiri,” sambungnya.
Sementara Prof Marzuki Dea, yang juga Pakar Ekonomi dari Unhas mengatakan target pertumbuhan tinggi hingga mencapai 7-8 persen merupakan keinginan yang patut dihargai dalam rangka untuk mencapai kemajuan ekonomi Indonesia menyongsong Indonesia Emas tahun 2045.
“Tetapi dengan pengalaman selama 10 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi hanya mampu dalam kisaran 5-6 persen. Sehingga pemerintah harus bekerja keras untuk menggerakkan sektor-sektor ekonomi unggulan di seluruh wilayah sesuai potensi kekayaan sumber daya alamnya,” ucapnya.
Kata Prof Marzuki, upaya itu harus didukung oleh peran lembaga-lembaga ekonomi strategis, mulai dari sektor industri, sektor pembiayaan, dunia usaha, jaringan bisnis antar wilayah, maupun kerjasama internasional.
“Masalahnya, dalam kondisi seperti sekarang ini tampaknya pemerintah akan menghadapi banyak tantangan yang harus ditangani dan diatasi,” urainya.
Menurut Akademisi Unhas ini, terutama pada tren kodisi geopolitik global yang masih penuh ketidakpastian, keterbatasan fiskal, utang luar negeri, proses deindustrialisasi, PHK.
“Termasuk kareana adanya transisi pemerintahan yang mau tidak mau akan menghadapi proses transisi cukup menantang karena jumlah pengambil kebijakan kementerian yang banyak,” pungkasnya. (Fdl)