MAKASSAR, INIKATA.co.id – Pasangan calon Gubernur dan wakil Gubernur Sulsel nomor urut 01, Danny-Azhar banyak mendapat respon positif usai debat perdana yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulsel, Senin (28/10/2024) malam kemarin.
Debat perdana yang digelar di Hotel Four Points by Sheratoon Makassar itu menunjukkan dominasi penguasaan materi dari Danny-Azhar. Terutama persoalan kebudayaan dan pengarusutamaan kebudayaan dalam pembangunan.
Penggiat Budaya Sulsel, Andi Redo melihat, Danny-Azhar menunjukkan komitmen yang kuat untuk mengintegrasikan kebudayaan dalam setiap aspek pembangunan. Mereka menyadari bahwa kebudayaan adalah identitas dan kekuatan yang dapat menggerakkan masyarakat menuju kemajuan. Hal ini sejalan dengan yang diamanahkan oleh UU No. 5 Tahun 2017 tentang Kebudayaan.
Lanjutnya, Pendekatan ini sangat relevan dan penting, mengingat Sulawesi Selatan kaya akan warisan budaya yang perlu dilestarikan dan dikembangkan.
“Saya tidak heran jika Paslon nomor satu paham betul tentang arah pemajuan kebudayaan. Hal ini dapat dilihat ketika masih menjabat Walikota Makassar, dimana Makassar merupakan salah satu pemerintah kota yang memiliki skpd khusus terkait kebudayaan yakni Dinas Kebudayaan, selain itu Walikota Makassar juga sukses menjadikan Makassar sebagai kota pertama yang mencanangkan Hari Kebudayaan pada tanggal 1 April dan bulan budaya yang berlangsung sepanjang bulan April,” ucap Redo yang juga pimpinan salah satu lembaga seni budaya di Sulsel ini, Selasa (29/10/2024).
Selain itu, menurutnya ruang-ruang publik di Kota Makassar banyak yang dioptimalkan sebagai cultural hub, bukan hanya di lokasi strategis seperti Pantai Losari tapi juga di kawasan lorong-lorong wisata banyak tercipta ruang kreatif dan interaksi budaya.
Sebaliknya, pasangan calon lainnya tampak kurang memberikan perhatian pada aspek kebudayaan, lebih fokus pada isu-isu ekonomi dan infrastruktur tanpa mengaitkannya dengan kebudayaan. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman mereka tentang pentingnya kebudayaan dalam pembangunan masih perlu ditingkatkan.
Menurutnya, siapapun yang terpilih sebagai gubernur nantinya masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi, diantaranya indeks pemajuan kebudayaan Sulsel yang beberapa tahun terakhir ini masih di bawah Indeks Pemajuan Kebudayaan Nasional, sungguh ironi untuk provinsi yang katanya kaya akan warisan budaya. Selain itu, masalah inklusivitas dan kebebasan berkesenian di beberapa daerah masih menjadi isu yang krusial.
“Semoga masyarakat Sulsel dapat melihat pentingnya pemajuan kebudayaan dalam memilih pemimpin yang akan membawa daerah ini menuju masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan. Kebudayaan adalah jati diri kita, dan dengan mengarusutamakan kebudayaan, kita dapat membangun Sulsel yang lebih kuat dan harmonis,” tutupnya. (**)