Sebulan Kampanye Pilgub Sulsel 2024

OPINI
Sebuah Refleksi: Sahman AT

Mengelilingi wilayah Sulawesi Selatan satu bulan terakhir sebagai rangkaian kampanye pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan dalam rangka pilkada serentak tahun 2024 membuat H Azhar Arsyad SH MH, (Calon Wakil Gubernur Sulsel pasangan Moh Ramdhan Pomanto yang akrab disapa dengan panggilan Danny Pomanto) semakin memahami apa yang menjadi kebutuhan dasar dan mendesak sejumlah warga di pelosok desa.

Baca juga:

Bersatu Kita Teguh (7)

Sebagai anak santri yang dibesarkan di lingkungan yang cukup religius sejak kecil, Azhar Arsyad semakin memperlihatkan kepekaannya terhadap kehidupan rakyat kecil nan miskin di kampung-kampung yang hidupnya jauh dari hiruk pikuk kota dengan latar belakang budaya yang cukup heterogen.

Salah satu fokus perhatian Azhar Arsyad dalam setiap kunjungannya di kabupaten-kabupaten adalah mengunjungi pesantren khusunya pesantren-pesantren tradisional yang sampai hari ini menjadi salah satu penopang yang cukup signifikan terhadap perkembangan dunia pendidikan di tanah air.

Bagaimanapun juga harus diakui bahwa keberadaan pesantren tradisional di tanah air menjadi partner strategis pemerintah dalam mewujudkan salah satu cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia sebagaimana tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, karena hanya dengan jalan ini maka usaha untuk memanjukan kesejahteraan umum dapat diwujudkan.

Baca juga:

Penyelundupan Budaya & Hukum dalam Tradisi Sabung Ayam dan Adu Kerbau di Toraja

Empat Keunggulan Pesantren

Pesantren dengan pola pendidikannya yang diterapkan hari ini (boarding school) paling tidak memiliki 4 faktor keunggulan dalam membentuk kepribadian dan akhlak para santri. Keempat faktor keunggulan tersebut antara lain: Santri memiliki Kemampuan Adaptif, Santri lebih Mandiri, Belajar Bertanggung Jawab, serta Tumbuhnya Kepekaan Sosial.

Kemampuan Adaptif
Kemampuan Adaptif adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan norma, standar, atau situasi yang berlaku di lingkungannya. Sikap adaptif dapat diartikan sebagai kematangan diri dan sosial seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari karena semua menjadi mafhum bahwa latar belakang sosial para santri di lingkungan pesantren cukup heterogen, hal ini dapat membuat mereka yang ada di dalamnya dapat saling memahami satu sama lain, baik budaya, adat istiadat maupun kebiasaan-kebiasaan lainnya sehingga iklim kekeluargaan dan rasa persaudaraan diantara sesama warga pesantren dapat tumbuh dengan subur dan terjaga dengan baik.

Kemandirian
Kemandirian merupakan sikap yang penting yang harus dikembangkan agar seseorang dapat menjalani kehidupan tanpa bergantung pada orang lain. Kemandirian juga berarti kemampuan untuk mengatur diri sendiri, termasuk tingkah laku, dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain. Terdapat berbagai aktifitas di pesantren yang dilakukan oleh para santri yang tujuannya adalah membentuk kemandirian mengingat para santri tersebut jauh dari pantauan orang tua maupun keluarga sehingga mau tidak mau harus dilakukan sendiri oleh santri. Kegiatan seperti mencuci , menyapu, membersihkan, bahkan memasak sekalipun adalah bagian dari pemandangan sehari-hari yang kesemua aktifitas ini dapat membentuk sikap kemandirian dari para santri.

Bertanggung Jawab
Tanggung Jawab adalah sikap yang menentukan apakah orang lain dapat mempercayai kita atau sebaliknya. Kemampuan Bertanggung Jawab ditumbuhkan kepada para santri melalui berbagai kegiatan seperti: Full day school yang mengajarkan kepada mereka berbagai jenis aktivitas keseharian secara mandiri, begitupula dengan kegiatan kepramukaan yang menuntut untuk lebih mandiri dan bertanggung jawab dalam melakukan berbagai aktivitas kepanduan.

Kepekaan Sosial
Kepekaan sosial adalah kemampuan seseorang untuk bereaksi secara tepat dan cepat terhadap situasi atau objek sosial yang ada di sekitarnya. Kepekaan sosial juga dapat diartikan sebagai perilaku atau perbuatan yang dilakukan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain dan menyesuaikan diri dengan kelompok. Kepekaan sosial dapat melatih seseorang untuk memiliki empati dan merasakan permasalahan yang dialami orang lain. Kepekaan sosial juga dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk membuat keputusan moral, melakukan tindakan moral, dan membuat penilaian moral. Beberapa contoh perilaku yang menunjukkan kepekaan sosial adalah: berbagi dengan orang lain, berani meminta maaf, bersedia membantu orang yang membutuhkan, bertanggung jawab, dan menghargai orang lain.

Dari keempat faktor yang diuraikan diatas merupakan performa keseharian para santri di lingkungan pesantren sehingga akhlak, pola sikap dan pola perilaku para alumni pesantren senantiasa menjadi tauladan bagi masyarakat disekitarnya dimanapun mereka berada.(**)

Ditulis di Markas Relawan Kampus Merah (REKAM) pada Tanggal 24 Oktober 2025.