WAJO, INIKATA.co.id – Petani di Kecamatan Majauleng mengeluhkan hasil panen yang menurun karena kondisi persawahan yang sulit berproduksi dua kali dalam setahun. Mereka berharap dibangunkan saluran irigasi untuk hasil panen lebih baik.
Kadir (28), warga Desa Tajo, Kecamatan Majauleng, Wajo mengunkapkan bahwa selama ini sawah yang dikelolanya hanya sekali dalam setahun berproduksi gegara pengairan yang tidak menunjang.
“Di Tajo kondisinya kering sekali. Jangankan padi, biar rumput tidak tumbuh juga,” katanya, Kamis (25/7).
Kondisi itu dikarenakan persawahan di daerahnya merupakan sawah tadah hujan. Walaupun begitu, Ia meminta Pemkab Wajo untuk tidak diam dalam mengatasi persoalan tersebut.
“Banyak kabupaten lain yang tadah hujan juga, tapi sawahnya bisa berproduksi dua kali setahun. Tergantung pintar-pintarnya pemerintah membantu petani,” ujarnya.
“Berbeda persawahan di Tajo, hanya sekali panen dengan jadwal tidak menentu. Tergantung hujan,” sambungnya.
Sementara, Camat Majauleng, Andi Parawangsyah menjelaskan bahwa dari jumlah total 38.323 jiwa penduduk Majauleng, hampir separuhnya berprofesi sebagai petani atau berkebun.
“Ada lebih kurang 12.321 petani di sini,” sebutnya.
Berdasarkan data yang dihimpun, luas persawahan dan di Majauleng yakni 13.600 hektare (Ha). Semuanya berproduksi saat musim hujan tiba.
“Setelah masa tanam sampai panen. Selebihnya itu 9 bulan lamanya, 13.600 Ha tersebut menjadi lahan tidur. Biar ditanami cabai tidak bisa tumbuh,” jelasnya.
Petani di Majauleng kini menaruh harapan pada megaproyek Bendungan Paselloreng di Desa Arajang Kecamatan Gilireng. Proyek yang pernah diresmikan Presiden Jokowi itu diharapkan dapat terkoneksi dan mengairi persawahan di beberapa kecamatan, termasuk Majauleng.
“Kalau itu sudah berfungsi, hasil panen petani bisa meningkat. Kita prediksikan sampai dua atau tiga kali panen dalam setahun,” tutupnya. (mus)