Terima Kasih Pak Bahtiar

Oleh: Ni’matullah Rahim Bone

(Wakil Ketua DPRD Sulsel & Ketua DPD Partai Demokrat Sulsel)

Baca juga:

Bersatu Kita Teguh (15)

 

Bahtiar Baharuddin, baru sekian bulan—belum genap setahun—bertugas selaku Penjabat (Pj) Gubernur Sulsel, siang tadi, mengakhiri tugasnya. Ia lalu mendapat tugas baru—posisi yang sama—di Provinsi Sulawesi Barat.

Hemat saya, rotasi penugasan jabatan dalam lingkungan pemerintahan—apalagi untuk jabatan struktural berjenjang—adalah sesuatu yang lumrah dan normal. Bahkan menjadi keharusan dalam rangka mendinamisasi kinerja pemerintahan. Maka dari itu, rotasi adalah hal biasa. Tidak ada yang istimewa.

Baca juga:

Kantor Staf Presiden Tegaskan Bahtiar Ditunjuk sebagai Pj Gubernur Sulsel dan Siap Dilantik

Rotasi Pj Gubernur Sulsel dari Bahtiar Baharuddin kepada Zudan Arief Fakhrullah, bagi kami di lembaga legislatif sebagai mitra kerja, juga memahami dan menanggapinya sebagai signal yang baik. Tentu saja untuk lebih menambah powerful kinerja pemerintahan ke arah Sulsel yang lebih baik. Pada ujungnya tentu kita harapkan bermuara pada kemaslahatan rakyat.

Sisi lain, dalam sudut pandang politis, maka saya selaku pimpinan partai politik yang ikut mengusung pasangan Prabowo-Gibran, rotasi Pj Gubernur Sulsel ini sekalian dapat menepis rumor yang beredar di publik. Issue bahwa Pj Gubernur Sulsel ikut berperan dalam memenangkan pasangan 02 di Sulsel.

Rupanya terbukti. Pj gubernur benar-benar diganti. Suka atau tidak, ini menunjukkan, issue dan rumor itu tidak benar. Logika saya, jika Pj gubernur punya andil besar, tentu diberi apresiasi. Nyatanya bukan dapat apresiasi, tapi malah diganti. Bukan promosi, malah demosi.

Selama sembilan bulan memimpin Sulsel, Bahtiar dalam penilaian sebagian masyarakat Sulsel, termasuk kami di DPRD, sudah bekerja lumayan bagus. Komunikasi lintas sektoralnya baik. Terobosan-terobosan programnya juga masuk akal dan terukur. Kemampuan menjaga birokrasi berjalan normal dan efektif.

Terakhir, respon cepat dan tepatnya menghadapi bencana alam di beberapa Kabupaten juga bisa terlihat dengan sangat baik. Bahkan, patut diapresiasi. Belum lagi, beberapa prestasi yang dicapainya. Terutama, bersama Forkopimda mampu menciptakan kondisi yang stabil dan prospektif di daerah ini.

Lalu mengapa diganti? Padahal Bahtiar masih belum setahun. Kinerjanya juga baik. Apakah pemerintah pusat masih menganggap semua capaian itu belum cukup. Belum sesuai standar yang diinginkan Pusat. Semua inilah yang saya maksudkan sebagai signal baik.

Bisa jadi, karena posisi Sulsel yang strategis, maka bagi pemerintah pusat, standar yang diinginkan cukup tinggi. Itu berarti kita di Sulsel akan peroleh perhatian dan pembangunan yang makin tinggi kapasitasnya.

Kita tak perlu gusar. Apalagi dengan rotasi ini. Kita cukup tenang-tenang saja. Karena pusat rupanya sangat peduli kita koq.

Berikutnya, sebagai politisi, saya memandang, penggantian Pak Bahtiar yang sudah bekerja baik, sekaligus warning (peringatan). Apalagi, jelang Pilkada Serentak.

Rotasi ini memberi kita catatan, bahwa pada masa mendatang, Pemerintah Pusat menginginkan pemimpin-pemimpin daerah memiliki kualifikasi dan kapasitas yang tinggi. Bukan pemimpin yang emosional, egois, mengambil keputusan tanpa pertimbangan matang dan tidak taat aturan. Harapannya, supaya percepatan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat bisa dilaksanakan, tidak hanya lebih cepat, tapi juga harus lebih tinggi capaiannya.

Pusat tampaknya tidak ingin lagi kita di Sulsel dipimpin oleh kepala daerah bukan dari kalangan “high class capacity.” Karena bisa tidak seirama dengan gerakan cepat pemerintah pusat. Ini harus menjadi catatan bersama. Bukan hanya bagi masyarakat yang akan memilih pemimpin, tapi juga bagi calon-calon pemimpin daerah yang tengah menyiapkan diri.

Pasang cermin besar-besar, lalu bolak-baliklah berkaca. Tanya pada diri sendiri, “Apakah pantas ikut berkontestasi? Seberapa besar kapasitas yang dimiliki? Coba-coba bandingkan, apa sudah bisa lebih baik dari kinerja kepemimpinan Pak Bahtiar?” Karena pemimpin hasil pilkada tentu bukan Pj yang dengan mudah dibongkar pasang, sesuai selera.

Nilai diri baik. Apa pantas (sitinaja)? Atau jangan-jangan, sesungguhnya kita tergolong nirkapasitas. Kita hanya mengandalkan cukong, mengandalkan isi tas yang akan dihambur untuk membeli suara rakyat demi meraih kekuasaan semata, bukan untuk kesejahteraan rakyat dan kinerja standar tinggi, sebagaimana alasan rotasi Pj Gubernur kali ini.

Terakhir, untuk Pak Bahtiar, selamat bekerja di tempat baru. Kami menantikan lompatan-lompatan kinerja, bukan hanya bapak di tempat baru, tapi juga pengganti bapak di Sulawesi Selatan. Karena jika tidak sesuai harapan, DPRD Sulsel bisa lebih dinamis dibanding Sulbar.

Salamakki