Prihatin Kondisi Ekonomi Sulsel 5 Tahun Terakhir, Pengamat: Pemprov Harus Koreksi Rencana Pembangunan

MAKASSAR, INIKATA.co.id – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis ekonomi Sulawesi Selatan Kumulatif selama tahun 2023 terhadap tahun 2022 mengalami pertumbuhan sebesar 4,51 persen (c-to-c). Sedangkan pada tahun sebelumnya, Sulsel tercatat pada 5,10 persen.

Pakar Ekonomi Unhas, Prof Hamid Padu menyangkan track pertumbuhan ekonomi di Sulsel yang jauh berbeda dengan 5 hingga 10 tahun sebelumnya karena berulangkali mencapai 7 sampai 8 persen. Kondisi itu dinilainya sangat prihatin.

“Pertumbuhan ekonomi Sulsel mulai tumbuh dibawa 6 persen, sebelumnya sampai 8 persen tapi sejak 4 tahun ini turun sampai 4 persen. Artinya 5 sampai 10 tahun lalu itu kita selalu jauh di atas rata-rata nasional, bahkan kuartal sebelumnya itu kontrasi ya lebih rendah,” kata Prof Hamid, Senin (5/2/2024).

Prof Hamid mengatakan bahwa Sulsel dengan kondisi pembangunan dan sumber daya saat ini seharusnya pertumbuhan ekonominya jauh lebih tinggi melompat.

“Jadi ini harus diperbaiki agar Sulsel bisa kembali berada pada track pembangunan yang sesuai dengan karakternya kondisi yang ada di Sulsel. Mestinya kita bisa di 7 persen tapi entah apa yang terjadi 5 tahun terkahir ini kita malah menurun terus,” kesalnya.

“Jadi itu tentu kinerjanya kurang baik meskipun itu masih positif, tetapi kan dalam perjalanan Sulsel itu kan di angka 7 persen tapi kalau 4,5 persen itu kan jauh dari seharusnya,” sambungnya.

Dia menegaskan kepada Pemprov Sulsel agar koreksi kembali rencana pembangunan di Sulsel. Karena sudah beberapa tahun terkahir tidak pernah lagi mencapai 7 persen.

“Barangkali kita perlu koreksi perencanaan pembangunan di Sulawesi Selatan selama 4 tahun ini, agar supaya memanfaatkan potensi untuk melakukan ekskalasi dengan pertumbuhan ekonomi yang memadai sesuai dengan kondisinya,” jelasnya.

Dari aspek kebijakan dan tata kelola di seluruh sektor, kata Prof Hamid harusnya lebih dioptimalkan lagi. Karena sumber daya di Sulsel sudah cukup berkembang dibandingkan 5 tahun sebelumnya.

“Sebenarnya yang melakukan prosesi ekonomi kan masyarakat ya di masing-masing sektor, pemerintah tinggal memfasilitasi dengan perencanaan yang baik dengan keberpihakan sehingga bisa bersama-sama dengan potensi masyarakat di semua sektor untuk berkembang,” tandasnya.

“Dengan kebijakan dan tata kelola di pemerintahan Sulsel, kalau itu dilakukan maka otomatis sumber pembangunan itu masyarakat sendiri, tentu itu akan mencapai pertumbuhan yang optimis,” sambungnya.

Guru Besar Unhas bidang ekonomi ini tak menampik bahwa masih ada kelemahan dalam tata kelola pemerintahan untuk ikut andil dalam rumusan kebijakan pergerakan ekonomi.

“Tapi kalau begini berarti ada yang salah dalam pengelolaan pemerintah sehingga capaian ekonomi kita jauh dari masa lalu. Pengelolaannya harus dievaluasi karena kan tidak berubah, bahkan menjadi lebih baik di 5 tahun yang lalu tapi pertumbuhannya lebih rendah, berarti salah Kelola kan,” paparnya.

“Karena pemerintah kan mempunyai desain-desain pembangunan, dalam 5 tahun itu dalam RPJM kemudian itu dilihat melalui jangka menengah Daerah, itu kemudian disampaikan ke masyarakat, masyarakat akan lihat,” ucapnya.

Padahal kata dia, Sulsel dari sisi sumber daya manusia cukup tinggi tingkat produktivitas dan ditambah lagi karena sudah memasuki bonus demografi.

“Padahal dimasa bonus demografi itu dimana jumlah penduduk itu lebih besar mestinya disitu kita capai pertumbuhan tinggi, malah terjadi sebaliknya,” tuturnya.

Selain itu dari sisi infrastruktur menurut dia, Sulsel jauh lebih maju jika dibandingkan dengan wilayah di Indonesia timur. Tapi pertumbuhan ekonomi tidak dimanfaatkan dengan baik.

“Sebenarnya infrastruktur Sulsel itu lebih memadai dibandingkan Sulawesi yang lainnya, kalau di kelas Indonesia timur itu kan cukup memadai. Jalanan, bendungan, bandara tapi infrastruktur itu tidak cukup mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang diharapkan,” tandasnya.

BPS Sulsel mengeluarkan rilis, bahwa perekonomian Sulsel tahun 2023 yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 652,57 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 377,16 triliun.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, Aryanto menyebut ekonomi Sulawesi Selatan Kumulatif selama tahun 2023 terhadap tahun 2022 mengalami pertumbuhan sebesar 4,51 persen (c-to-c).

“Dari sisi produksi, pertumbuhan terbesar terjadi pada Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian sebesar 13,63 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 8,83 persen,” ujar Aryanto dalam keterangannya, Senin (5/2/2024).

Sedangkan ekonomi sulsel triwulan IV-2023 terhadap triwulan IV-2022 kata dia, mengalami pertumbuhan sebesar 3,79 persen (y-on-y).

“Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Jasa lainnya mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 12,56 persen. Dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 15,06 persen,” jelasnya.

Kemudian ekonomi sulsel triwulan IV-2023 terhadap triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar -1,47 persen (q-to-q).

Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 13,70 persen.

Dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 28,68 persen. (B/Fadli)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *