Aliran Uang Keluar Jelang Pemilu di Sulsel Diproyeksi Rp1,26 Triliun, Berikut Tanggapan Pengamat

MAKASSAR, INIKATA.co.id – Momentum Pemilihan Umum (Pemilu) seperti Pilpres, DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Kota, pekan depan memasuki tahap pencoblosan. Perhelatan pesta demokrasi ini diyakini akan memicu terjadinya pertumbuhan ekonomi.

Bank Indonesia (BI) Sulawesi Selatan proyeksi aliran uang keluar (outflow) periode Pemilu tahun 2024 diperkirakan akan mencapai Rp1,26 triliun atau tumbuh positif sebesar 45,6 persen dari Pemilu tahun 2019. Hal ini disebabkan adanya momen hari raya Imlek pada periode yang hampir bersamaan dengan pemilu 2024.

Pengamat Keuangan dan Ekonomi Unismuh Makassar, Sutardjo Tui mengatakan momentum Pemilu 2024 ini sudah pasti akan terjadi peningkatan konsumsi dan barang.

“Memang itu setiap pemilu itu terjadi lonjakan konsumsi, konsumsi masyarakat itu kan berdampak pada pertumbuhan ekonomi, apakah rumah tangga, perdagangan, perumahan dan sebagainya,” jelas Sutardjo, Selasa (6/2/2024).

Suntikan belanja pemerintah pusat saja kata dia, mencapai kurang lebih Rp76 triliun. Dana yang dipakai untuk pelaksanaan pemilu ini dipastikan akan meningkatkan daya beli masyarakat.

“Karena dana pemilu itu dari pemerintah pusat ke seluruh Indonesia itu Rp76 triliun, ditambah dengan uang-uang swasta seperti calon-calon DPR RI hingga DPRD kabupaten kota itu kan uangnya keluar. Sehingga Rp76 triliun itu menjadi Rp100 triliun,” terangnya.

Belum lagi kata dia, dukungan dana dari masing-masing peserta pemilu dan tim suksesnya. Perputaran uang akan jauh lebih tinggi di tahun ini.

“Pertumbuhan pasti tinggi tapi karena ini sampai Oktober, dari tim-tim sukses juga. Maka rakyat akan meningkat dia punya konsumsi, kan dibandingkan dengan tahun lalu yang tidak ada pemilunya,” bebernya.

Kendati demikian, akademisi Unismuh Makassar ini menegaskan agar ketersediaan barang harus betul-betul dijaga ditengah meningkatnya perputaran uang, karena imbasnya dikhawatirkan terjadi inflasi.

“Cuman produksi harus dijaga distribusi harus dijaga, suplai juga karena kalau itu tidak dijaga akan menimbulkan inflasi tinggi. Kalau suplai tidak lancar maka menjadi mahal harga telur. Jadi yang musti dijaga itu adalah ketersediaan produksi,” tandasnya.

Senada dengan pengamat ekonomi Unhas, Marzuki Dea. Ia menjelaskan 2024 ini memang merupakan tahun cukup unik, karena akan terpadu dua kali pemilihan raya, yang pasti menggerakkan sendi-sendi kegiatan para pelaku ekonomi, terutama pemerintah, masyarakat, termasuk dunia usaha.

“Dengan pemilu akan ada aliran uang dari pusat untuk membiayai aktivitas untuk keperluan pemilu, juga aliran uang dari para kontestan pemilu, yang kemudian berdampak pada meningkatnya kegiatan konsumsi kebutuhan pokok maupun kebutuhan barang dan jasa untuk keperluan kampanye,” kata dia. (B/Fadli)