INIKATA.co.id – Regulator keuangan AS menilai penggunaan kecerdasan buatan (AI) telah menimbulkan kerentanan yang mengancam stabilitas keuangan. Mereka menggarisbawahi meningkatnya kekhawatiran Washington terhadap bahaya sistemis yang ditimbulkan oleh teknologi yang sedang berkembang.
Menteri Keuangan Janet Yellen dalam pernyataannya pada Kamis (14/12) mengisyaratkan bahwa pengawas AS akan menjadikan AI, dan ancaman yang dapat ditimbulkannya, sebagai prioritas utama pada tahun 2024.
Oktober lalu, Presiden AS Joe Biden sudah menandatangani perintah eksekutif untuk menetapkan standar perlindungan keamanan dan privasi untuk teknologi tersebut.
Dalam pertemuan Dewan Pengawasan Stabilitas Keuangan, yang juga mencakup kepala Federal Reserve dan Komisi Sekuritas dan Bursa, Yellen mengatakan kelompok tersebut akan fokus pada pemantauan perkembangan teknologi dan risiko terkait.
Panel yang dikenal sebagai FSOC ini dibentuk setelah krisis keuangan tahun 2008 untuk menangani risiko sistemik.
“Tahun ini, dewan secara khusus mengidentifikasi penggunaan kecerdasan buatan dalam jasa keuangan sebagai kerentanan dalam sistem keuangan,” kata Yellen menjelang rilis laporan tahunan kelompok tersebut, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (15/12).
“Mendukung inovasi yang bertanggung jawab di bidang ini dapat memungkinkan sistem keuangan memperoleh manfaat seperti peningkatan efisiensi. Namun, terdapat juga prinsip dan aturan untuk manajemen risiko yang harus diterapkan,” ujarnya.
Raksasa-raksasa Wall Street mulai menerapkan kecerdasan buatan pada tahun ini, sehingga menambah jumlah mereka dalam bidang insinyur data dan analis kuantitatif.
Potensi dampak AI terhadap keuangan telah memicu peringatan dari regulator senior, termasuk Ketua SEC Gary Gensler dan Michael Barr dari The Fed.
Dalam laporan tahunannya, dewan tersebut menguraikan sejumlah risiko yang dapat ditimbulkan atau diperbesar oleh AI di lembaga-lembaga keuangan, termasuk kemampuannya untuk menerapkan bias diskriminatif dalam pemberian pinjaman, terutama untuk program-program AI yang beroperasi sebagai “kotak hitam”, sehingga keluarannya sulit untuk dijelaskan.
“Kekhawatiran khususnya adalah kemungkinan bahwa sistem AI dengan tantangan yang dapat dijelaskan dapat menghasilkan dan mungkin menutupi hasil yang bias atau tidak akurat,” kata laporan tersebut.
Terlepas dari banyaknya perhatian baru terhadap AI, laporan ini tidak memberikan proposal peraturan yang spesifik, dan hanya memberikan arahan yang tidak jelas kepada lembaga-lembaga anggota dan perusahaan keuangan. (Rmol/Inikata)