MAKASSAR, INIKATA.co.id – Daerah Pattallassang di Kabupaten Gowa, dilanda hujan es, Selasa (14/11/2023) sekira pukul 13.45 Wita.
Kondisi ini terjadi saat wilayah Kota Makassar dan Kabupaten Maros juga dilanda hujan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulsel, Amson Padolo yang dikonfirmasi mengaku, hari ini di wilayah Sulsel khususnya Kabupaten Maros memang dilakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk membuat hujan buatan.
Hujan yang turun di wilayah Makassar dan Kabupaten Gowa itu, kata dia, bisa jadi karena faktor angin setelah hujan buatan di Kabupaten Maros.
“Hujan sekarang ini yang turun di Makassar, salah satunya karena TMC. Karena tadi memang di Maros (dilakukan TMC), jadi kalau yang disemai itu di daerah Maros bisa turun di Makassar dan sekitarnya juga karena pengaruh angin,” kata Amson, Selasa (14/11/2023).
“Kita tadi memang menyisir di Maros, Pangkep, Bone, Bulukumba,” sambungnya.
Namun, ia memastikan TMC atau hujan buatan yang dilakukan di Kabupaten Maros itu tak ada hubungannya dengan hujan es yang terjadi di wilayah Pattallassang, Kabupaten Gowa.
“Jadi tadi saya sudah komunikasi di BRIN juga. Jadi tidak ada hubungannya TMC dengan hujan es kalau pun itu betul terjadi,” ujarnya.
Menurut dia, kalau pun hujan es tersebut betul, berarti itu terjadi secara alami yang disebabkan oleh atmosfer awan yang begitu besar.
“Itu biasanya terjadi karena atmosfer di awan yang sangat besar. Tidak ada hubungan signifikan antara TMC dengan hujan es,” ucapnya.
Lebih lanjut, Amson menyampaikan kegiatan TMC di wilayah Sulsel sudah berakhir hari ini, dan dipastikan beberapa hari ke depan hujan ringan sudah mulai turun.
“Selesai juga ini hari, karena beberapa hari ke depan sudah mulai mi hujan ringan. TMC selesai mi karena tadi juga kita sudah lakukan upacara penutupan,” terangnya.
Fenomena Alam yang Biasa Terjadi sebagai Tanda Pergantian Musim
Sementara, Staf Opersional BMKG Wikayah IV Makassar, Farid mengatakan, hujan es merupakan fenomena yang wajar terjadi saat masa transisi cuaca.
Hal itu, kata dia, menandakan bahwa terjadinya pergantian musim.
“Terjadinya cuaca ekstrem berpa hujan es ini adalah hal yang lumrah pada masa pergantian musim, seperti saat ini dari musim kemarau ke musim hujan,” kata Farid.
“Fenomena hujan es sangat bersifat lokal, sekitar 5 sampai 10 Kilometer dalam waktu yang singkat, serta memiliki kemungkinan kecil untuk terjadi kembali di tempat yang sama,” jelasnya.
Soal hujan es yang terjadi di Pattallassang, Kabupaten Gowa, Farid mengatakan, BMKG belum dapat memastikan kebenaran kejadian tersebut. Sebab, pihaknya baru mendapat informasi dari media.
“Sementara masih seperti itu juga kami infonya. Masih dari media juga. Belum croscek langsung. Hujan es itu disebabkan karena adanya awan sibi yang terbentuk akibat pemanasan terik pada siang hari,” ujarnya. (B/Fadli)