Pemadaman Bergilir Bikin Warga Resah, Siasat PLN Sulselbar Ingin Naikan Harga Listrik?

MAKASSAR, INIKATA.co.id – Pemadaman listrik di wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat (Sulselrabar) saat cukup meresahkan warga. Pasalnya, aktivitas masyarakat hingga kegiatan ekonomi pun ikut terganggu.

Pengamat ekonomi Unismuh, Sutardjo Tui menyayangkan langkah PLN dalam mengatasi pemadaman listrik yang terjadi sudah cukup lama ini.

Ia mengatakan pemadaman listrik dengan waktu cukup lama ini justru menimbulkan kecurigaan. Bahwa ada Indikasi ini siasat PLN untuk jadikan alasan menaikkan harga listrik.

“Jadi yang saya takutkan adalah pasokan, karena pasokan nya kan bukan dari PLN tapi dari swasta jangan sampai disana ada permainan lagi untuk naikan listrik. Ini kan persoalannya yang pasok ini siapa apakah PLN atau bukan , pasokan listrik ini harus PLN jelaskan ini dipasok sendiri PLN tenaga air, tenaga Bayu,” jelas Sutardjo, Rabu (1/11/2023).

“Alasan akupan segala macam, mesin rusak kasi naik harga , sama juga dengan BBM kasi hilang dulu baru kasi naik harganya,” sambungnya.

Ia menilai sikap keterbukaan informasi dari PLN pun sangat minim dilakukan. Seperti memberitahukan penyebab pemadaman listrik. Mereka hanya informasikan bahwa titik-titik terjadi pemadaman listrik.

“Harusnya ada pemberitahuan PLN sesering mungkin penyebabnya apa jangan cuma dibilang mati lampu bergilir wah tidak begitu dong, harusnya kasi tahu,” katanya.

Jika pasokan listrik ini betul-betul dari pihak swasta, maka selain PLN, para pengusaha itu diminta tanggungjawab atas kejadian pemadaman listrik yang telah merasakan masyarakat.

“Yang problem ini siapa sesungguhnya yang memproduksi listrik itu apakah produksi itu dibikin PLN Sendiri atau swasta, semestinya swasta bertanggungjawab karena sudah kontrak itu,” tandasnya.

Ditegaskan, bahwa kondisi El Nino ini sudah disampaikan sebelumnya untuk dilakukan antisipasi. Artinya, pihak PLN tidak serius untuk menangani pemadaman listrik ini.

“PLN ini ka pasti sudah tahu bahwa ini Menjelang El Nino, jadi musti persiapan memang itu. Ini kan tinggal dihitung berapa sih kemampuan dia yang dipakai masyarakat,” jelasnya.

Dalih PLN akibat pemadaman listrik ini menurut Sutardjo, harus dipertanyakan. Mereka berdalih faktornya karena debit air berkurang, tapi disatu sisi ada sejumlah kabupaten seperti Jeneponto yang tidak menggunakan PLTA tapi PLTB.

“Harusnya PLN itu kan perusahaan publik dia umumkan karena begini-begini mati lampu bergilir, ada persoalan apa kalau bilang air oke tapi kan di Jeneponto dan lainnya kan tidak pakai itu. Apalagi kan Pinrang sudah hujan, Maros sudah hujan,”ungkapnya.

“Yang musim kering itu kan tergantung pada airnya kan sementara tiga dia punya sumber pasokan, kalau bayu kan tidak mungkin kan angin, itu aneh itu tidak mungkin dia macet,” tambah dia.

“Ini sangat berpengaruh terhadap perekonomian, semua orang terganggu, sektor usaha terganggu, rumah makan terganggu sehingga perekonomian jadi mandek,”

Disisi lain, ia mengatakan kondisi saat ini menunjukkan bahwa PLN telah mematikan perputaran ekonomi. Terlebih lagi, pada pelaku UMKM.

“Pengusaha-pengusaha UMKM pasti mandek itu yang usaha nasi kuning, kue , PLN musti dituntut itu karena dia mematikan itu, ekonomi terhenti itu,” tandasnya. (C/Fadli)