MAKASSAR, INIKATA.co.id – Salah satu dampak fenomena El Nino yang perlu diantisiapasi adalah kemungkinan terjadinya (memicu) ledakan kasus demam berdarah dengue (DBD) pada akhir 2023 dan awal tahun 2024 medatang.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) sudah mewanti-wanti kemungkinan tersebut.
Khusus di Sulsel, Dinas Kesehatan setempat juga sudah mulai mewanti-wanti kemungkinan ledakan kasus DBD pada akhir tahun 2023 atau awal 2024 mendatang, dampak dari fenomena El Nino.
Apalagi sejauh ini sepanjang 2023 (hingga September) jumlah kasus DBD di Sulsel tercatat mencapai 182 kasus.
“Secara ilmiah cuaca itu memang mempengaruhi lingkungan. Jadi apakah El Nino itu sangat berdampak pada penyakit seperti DBD, termasuk ISPA dan diare? Tentu itu sangat berdampak. Makanya ini masyarakat harus diwanti-wanti kesadarannya menjaga lingkungan,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P) Dinkes Sulsel, Yusri Yunus, Ahad (15/10/2023).
“Yang menjadi persoalan kita adalah di dalam proses pelayanan. Itu sebenarnya yang perlu kita perbaiki, bagaimana keterlibatan semua pihak. Titik pelayan itu sudah strategis dan hampir seluruh lini sudah tersentuh, Sekarang hanya butuh kita bagaimana dukungan semua sektor, terutama pemerintah desa, kecamatan, untuk menjadi perhatian utama terhadap kejadian seperti ini,” sambungnya.
Sekadar diketahui, Sebelumnya Kemenkes RI mengungkap dampak akibat fenomena El Nino pada kasus DBD yang kemungkinan bakal memicu ledakan DBD pada akhir 2023 dan awal tahun 2024.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI, Maxi Rein Rondonuwu menyebut, dalam 10 tahun terakhir, bahkan pengaruh El Nino bukan hanya berdampak pada kasus DBD.
“Jadi kemungkinan kita akan naik kasusnya (DBD) itu akan meledak nanti di akhir dan awal tahun. Kita justru waspada di situ. Surat edaran kami sudah dua kali diterbitkan terkait kewaspadaan terhadap DBD dan Kejadian Luar Biasa KLB) di daerah-daerah,” beber dr Maxi dalam webinar sosialisasi DBD, Rabu (27/9/2023) lalu.
“Ini (El Nino) betul-betul korelasinya sangat tinggi. Jadi kan suhu naik, kemudian ya ada angin memengaruhi kecepatan nyamuk, lalu ada kelembaban, ada curah hujan, saya kira sudah pasti akan memengaruhi,” sambung Maxi.
Olehnyaa itu, Kemenkes RI meminta sejumlah daerah padat penduduk mewaspadai kasus DBD. Apalagi, nyaris seluruh provinsi di Indonesia berada di wilayah endemis.
“Tapi terutama daerah di kota-kota yang padat penduduknya banyak. Tapi saya kira di kota manapun ya. Semua harus jadi perhatian. Karena kalau faktor risiko lingkungan ya tempat-tempat perindukan nyamuk banyak, itu jadi prioritas juga sekalipun tempatnya kecil.” ujarnya.
(C/Fadli)