Dampak Kemarau Berkepanjangan, Produksi Bawang Merah di Enrekang Menurun

ENREKANG,INIKATA.co.id – Dampak musim kemarau yang melanda berbagai daerah di Sulawesi Selatan mengakibatkan produksi bawang merah di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan mengalami penurunan.

Petani bawang merah di Kabupaten Enrekang kini hanya bisa pasrah melihat penurunan produksi bawang merah lantaran kurangnya sumber air untuk bercocok tanam.

Baca juga:

Pemda Melalui Dinas Sosial Takalar Salurkan Bantuan untuk Warga Penderita Lumpuh 10 Tahun

Almunawara Rahman, seorang petani bawang merah mengatakan saat ini mereka mengalami kendala air sehingga mempengaruhi kualitas produksi bawang merah yang juga berdampak pada harga pasar.

“kendalanya adalah air karena petani bawang memerlukan air yang cukup banyak. Karena kalau kekurangan air kualitas bawang itu tidak bagus,” kata Almunawara kepada Inikata.co.id, Minggu (1/10).

Ia menjelaskan, suplai air ke tanaman salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hasil panen dan kualitas harga jualnya.

Baca juga:

Distributor Bawang Merah di Enrekang Khawatir Petani Tak Produksi Lantaran Harga Anjlok

“Asupan air ke tanaman sangat berpengaruh, kualitas tanaman tidak maksimal sudah pasti harga juga tidak akan normal. Biasanya harga standar Rp12 ribu, tapi kalau ukurannya besar bisa sampai Rp15 ribu perkilo,” jelasnya.

Saat ini lanjut Rahman, dampak musim kemarau dan kurangnya sumber air dari pegunungan dan sungai menyebabkan menurunnya produksi bawang merah di Kabupaten Enrekang.

“Produksi menurun, satu kebun itu biasanya naik sampai 1 ton lebih, kalau musim kemarau seperti ini biasanya menyentuh angka 800 hingga 900 kilogram,” lanjutnya.

Terkait hama tanaman kata Rahman, di musim kemarau seperti ini, hama pada tanaman bawang merah akan lebih mudah berkembang biak yang disebabkan cepatnya telur ulat menetas.

“Telur ulatnya itu lebih cepat menetas kalau musim kemarau. Untungnya sekarang ini sudah banyak pestisida yang dijual untuk mengatasi hama,” Rahman memungkasi. (Qad)