INIKATA.co.id – Peristiwa meninggalnya pengawal pribadi (Walpri) Kapolda Kalimantan Utara (Kaltara) kembali menghebohkan dunia institusi Polri. Brigpol Setyo Herlambang ditemukan tewas di rumah jabatan (Rujab), pada Jumat (22/9) siang. Polisi menyebutkan korban diduga lalai saat membersihkan senjata.
Korban ditemukan bersimbah darah di kamarnya. Di samping tubuhnya tergeletak senjata organik Polri jenis HS-9.
Awalnya beredar kabar bahwa korban bunuh diri. Namun, kabar itu dibantah oleh Kabid Humas Polda Kaltara, Kombes Pol Budi Rachmat. Menurutnya, dugaan sementara, korban lalai saat membersihkan senjatanya. Tanpa sengaja, senjata itu meletus dan mengenai korban.
“Bukan bunuh diri,” kata Kabid Humas Polda Kaltara, Kombes Pol Budi Rachmat
Terkait dengan kronologi pasti peristiwa itu, hingga kemarin polisi masih mendalami. Sebab, Herlambang diketahui sendirian di dalam salah satu kamar di rumah dinas itu.
”Kejadian pukul 13.10, sehabis orang-orang Jumatan,” lanjut Budi Rachmat.
Dia juga belum menyebut bagian tubuh korban yang tertembus peluru. Alasannya, polisi masih menunggu hasil otopsi.
“Otopsinya sesuai permintaan keluarga dilakukan di Semarang. Jadi, baru dilakukan visum luar saja. Rencana juga dikebumikan di Semarang,” terangnya.
Dia menerangkan, saat ini Ditreskrimum dan Bidpropam Polda Kaltara telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).
”Semua masih didalami untuk memastikan penyebab sebenarnya,” jelasnya dilansir dari JawaPos.com, Minggu (24/9).
Budi Rachmat menjelaskan, bahwa korban, Brigpol Herlambang saat ini menjabat Banit 3 Subden 1 Den Gegana Satbrimob Polda Kaltara. Dia diperbantukan menjadi wlpri Kapolda Kaltara.
”Saya mengenal secara pribadi Brigpol Herlambang. Kami berduka atas meninggalnya rekan tersebut,” jelasnya.
Sementara itu, Kapolda Kaltara Irjen Daniel Adityajaya menyatakan ikut berdukacita atas meninggalnya almarhum. ”Saya dan jajaran Polda Kaltara sangat berduka,” tuturnya kemarin.
Menurut dia, tim gabungan dari Ditreskrimum, Bidpropam, dan Biddokkes Polda Kaltara
tengah melakukan penyelidikan mendalam.
”Untuk mengungkap penyebab kematian almarhum,” kata jenderal bintang dua tersebut.
Sementara itu, Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso mengatakan, seharusnya kasus tewasnya walpri itu ditangani Divisi Propam (Divpropam) Polri. Apalagi meninggalnya di rumah jabatan.
”Pemeriksaan Propam Polri diperlukan untuk memberikan kejelasan sebab dan latar belakang kematiannya,” jelasnya.
Penanganan kasus tersebut harus dilakukan secara transparan agar tidak terjadi spekulasi di publik. Apalagi, sebelumnya ada kematian Brigadir Yosua yang ditembak atasannya.
”Yang juga penting, sekarang ini terjadi fenomena anggota Polri yang bunuh diri. Ini perlu ditangani,” jelasnya.
Dia juga menyebut tewasnya Bripka AS, anggota Polres Samosir, pada Januari 2023. Bripka AS diduga meminum racun sianida.
Lalu, Maret 2023, Briptu RF yang menjabat staf pribadi pimpinan Polda Gorontalo ditemukan tewas dengan luka tembak di dalam mobil dinasnya.
”Diduga bunuh diri karena jelaga atau bekas mesiu di jarinya,” urainya.
Pada bulan yang sama, anggota Samapta Polda Banten Bripka DK ditemukan meninggal di kamar rumahnya.
Lalu, ada pula Bripda IDF yang tewas di tangan rekannya, Bripda IMS dan Bripka IG. ”Dari semua peristiwa itu, perlu dikaji problem psikologis sekaligus keteladanan atasan membina bawahan,” tegasnya. (JawaPos/Inikata)