Jalan Sehat Anti Mager Tuai Sorotan dari Guru Hingga Legislator

MAKASSAR, INIKATA.co.id – Jalan Sehat Anti Mager yang digelar Pemprov Sulsel di Kota Parepare dan dihadiri Gubernur Andi Sudirman Sulaiman, Selasa (29/8/2023) kemarin, menuai sorotan.

Pasalnya, kegiatan yang mengikursertakan siswa dan guru dari sejumlah SMA/SMK di Parepare, Pinrang dan Sidrap itu dilaksanakan di jam sekolah, dimana seharusnya para siswa dan guru melakukan proses belajar mengajar.

Baca juga:

Pj Gubernur Sulsel Minta Kepala Daerah Datangi Langsung Rumah Petugas Pemilu yang Meninggal Dunia

Salah seorang guru di Kabupaten Sidrap mengeluhkan hal ini kepada legislator di DPRD Sulsel.

“Gerak jalan anti mager telah dilakukan beberapa kali untuk tingkat SLTA (SMA/SMK), ditambah kegiatan Pramuka di Toraja yang masih sedang berlangsung. Guru, staf dan siswa diikutsertakan. Ruang belajar kosong karena tidak ada gurunya,” keluh guru tersebut.

Terpisah, salah seorang siswa SMA di Kabupaten Pinrang, AS mengaku terpaksa harus menempuh jarak lebih dari 30 Km untuk ikut serta dalam kegiatan jalan sehat Anti Mager di Parepare itu karena diperintah oleh gurunya.

Baca juga:

DPRD Desak Gubernur Segera Isi Pejabat Definitif di 8 OPD

“Disuruh sama guru. Guru juga ikut. Kita disuruh datang, dan itu pakai kendaraan dan biaya sendiri. Setelah itu pulang langsung ke rumah, tidak kembali ke sekolah untuk belajar,” ungkapnya.

Menanggapi hal ini, Anggota DPRD Sulsel, Usman Lonta mengaku geram dengan sikap Pemprov Sulsel yang menggelar jalan sehat Anti Mager di jam sekolah sehingga mengganggu proses belajar mengajar.

“Semestinya kegiatan apapun yang bisa menghalangi pembelajaran di sekolah harus dihentikan. Tidak boleh pembejaran terhalang oleh kegiatan apapun,” kata Usman.

Seharusnya, kata dia, Kepala Dinas Pendidikan hingga guru-guru dapat menolak kegiatan Anti Mager yang dilakukan di jam sekolah tersebut.

“Saya kira kadis pendidikan dan para guru memahami hal seperti ini, sehingga mereka bisa menolaknya siapapun yang memerintahkannya,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Anggota DPRD Sulsel lainnya, Jhon Rende Mangontan (JRM). Ia mengaku sangat menyangkan sikap.Pemprov Sulsel yang menggerakkan guru dan siswa untuk ikut dalam kegiatan jalan santai Anti Mager di saat jam sekolah.

“Kalau ini mengganggu, ya kita sayangkan. Kenapa harus dilakukan itu pada saat jam sekolah?,” imbuh JRM.

Menurut dia, kegiatan Anti Mager yang dilakukan di jam sekolah ini menjadi preseden buruk dalam dunia pendidikan di Sulsel.

“Saya belum berani mengatakan ini bagian dari eksploitasi terhadap siswa dan guru, tetapi kalau salah satu guru yang mengatakan hal demikian, kita sayangkan. Karena di beberapa kabupaten sudah beberapa kali dilakukan, dan kalau itu mengganggu proses belajar mengajar, kita sayangkan,” ujarnya.

“Dan ini kan satu bagian dari preseden buruk dalam hal pendidikan. Kenapa mengganggu proses belajar mengajar siswa dan guru,” sambungnya.

Padahal, kata dia, pemerintah lah yang seharusnya menjadi pelopor dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Bukan justru melakukan sebaliknya.

“Ini sangat membahayakan, karena pendidikan itu mempunyai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan cita-cita kemerdekaan,” ucapnya.

Sementara, Kepala Dinas Pendidikan Sulsel, Iqbal Andi Nadjamuddin yang coba dikonfirmasi, hingga berita ini dimuat tidak memberikan tanggapan atau oenjelasan apapun. (fdl)