INIKATA.co.id – Inflasi Sulawesi Selatan pada April 2023 berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI) dinilai belum berjalan normal. Hubungan 5 Kota IHK mengalami inflasi 0,20 persen (mtm), angka itu lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,75 persen (mtm).
Sedangkan secara tahunan inflasi gabungan 5 kota IHK di Sulsel tercatat 4,81 persen (yoy), lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 5,86 persen (yoy).
Pengamat ekonomi Unhas, Anas Anwar mengatakan laju inflasi masih cukup tinggi karena masih di atas angka 3 persen. Hal ini masih harus dikontrol lagi oleh pemerintah karena setelah lebaran idul Fitri ini, kedepan akan menghadapi idul Adha.
“Masih cukup tinggi kalau menurut saya karena masih di atas rata-rata, yang selama ini kan di angka 3 persen, itu yang harus dijaga jangan sampai dia naik karena kan masih ada idul Adha di belakang ini,” ucap Anas, Jumat (5/5/2023).
Ditambah lagi, kata dia, dengan memasuki tahun ajaran baru sekolah dan kampus, tentu permintaan akan lebih tinggi lagi.
“Pasti kalau hari keagamaan seperti itu biasanya mendongkrak, apalagi mau ajaran baru, biasanya itu permintaan terhadap barang-barang itu cukup naik kalau tidak kita jaga,” jelasnya.
Menurut dia, tingginya inflasi ini masih menjadi tugas besar pemerintah untuk melakukan intervensi agar dapat pergerakan ekonomi ini dapat terkendali.
“Persoalan sekarang apakah turunnya ini kita bisa pertahankan atau kita bisa buat dia menjadi lebih stabil, karena kembali lagi kalau kita bicara inflasi itu penyakit ekonomi makro yang harus selalu dikendalikan, jangan sampai dia sudah turun dia naik lagi,” bebernya.
“Itulah perlu bagaimana menjaga supaya dia tetap stabil. Sudah lebaran kan kita harap dia kembali normal, tapi sudah terjadi penurunan ya sudah sesuai ekspektasi kita semua menjadi lebih bagus,” sambung dia.
Sementara Kepala perwakilan BI Sulsel, Causa Iman Karana mengatakan, inflasi pada April lalu tercatat 4,81 persen. Angka ini turun dibandingkan dengan capaian pada bulan sebelumnya yang mencapai 5,86 persen.
“Jadi perhitungan inflasi di Sulsel ada 5 kota IHK, jadi gabungan itu di april lalu inflasi terkendali,” katanya dalam taklimat media di strasa cafe Makassar.
Causa juga mengungkap, inflasi di Sulsel dipicu oleh kenaikan harga kelompok transportasi khususnya angkutan udara. Hal ini seiring peningkatan permintaan pada momentum Idul Fitri dan libur panjang.
“Inflasi terjadi pada aktivitas liburan ini karena di angkutan udara meningkat kemudian emas. Kalau di tahun ini kita targetkan inflasi dibawah 3 plus mines 1 persen,” jelasnya.
Selain itu disebabkan berlanjutnya kenaikan harga beras, sehingga ikut berpengaruh terhadap tingginya inflasi.
“Kalau beras andil 0,06 persen terhadap inflasi ini jadi perhatian kita di TPID jadi pembahasan insentif untuk menjaga harganya tidak terlalu bergejolak, secara produksi cukup tapi banyak beras dibawa keluar,” tutupnya.
Kedepan, Bank Indonesia bersama TPID akan terus melanjutkan upaya pengendalian inflasi, khususnya untuk mengantisipasi dampak El Nino, melalui koridor keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif, termasuk gerakan nasional pengendalian inflasi pangan (GNPIP).
“Seluruh upaya pengendalian inflasi dilakukan sesuai dengan Peta Jalan Pengendalian Inflasi 2022-2024. Akselerasi perbaikan struktural dengan mendorong adopsi digital untuk stabilitas inflasi dan pemulihan ekonomi Provinsi Sulsel,” tutupnya. (fdl)