INIKATA.co.id – Pihak Polda Sulsel khususnya Bidang Propam diminta untuk aktif mengingatkan kepada para personel kepolisian di jajaran Polda Sulsel untuk bijak dalam bermedia sosial (medsos).
Hal ini disampaikan Kesatuan Pemuda Indonesia menyikapi semakin banyaknya anggota Polri yang aktif membuat video-video yang kemudian di-upload atau di-posting di media sosial.
“Bidang Propam penting untuk mengingatkan para personel kepolisian guna mencegah viralnya video-video tiktok anggota Polri yang dapat menurunkan maupun merusak citra Polri di mata masyarakat,” kata Ketua Kesatuan Pemuda Indonesia Sulsel, Jabal Nur, di sela diskusi dengan tema ‘Peran Media Sosial dalam Pusaran Opini Publik’ yang digelar di Makassar, akhir pekan kemarin.
Selain itu, kata dia, Kesatuan Pemuda Indonesia juga meminta kepada Bidang Humas Polda Sulsel untuk aktif melakukan pemberitaan ke media maupun publik terhadap beberapa penanganan kasus, guna memberikan transparansi kepada masyarakat terkait viralnya beberapa video anggota Polri di medsos.
“Kami juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak mudah mempercayai berita-berita di medsos yang belum jelas sumber dan kebenarannya, atau hoax. Bijaklah dalam bermedsos dan saring sebelum di-share agar tidak menimbulkan permasalahan hukum di belakang hari,” imbaunya.
Sementara, Ketua Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Sulsel, Syamsu Rizal yang menjadi narasumber dalam diskusi tersebut mengatakan, pertumbuhan pengguna media sosial di Indonesia belakangan ini memang meningkat signifikan.
Hasil survei di tahun 2022 menunjukkan, pengguna aktif media sosial di Indonesia naik 6 persen, dari 71 persen ke angka 77,9 persen.
“Tingkat pertumbuhan pengguna media sosial di Indonesia melebihi semua negara di dunia, termasuk intensivitas waktu penggunaannya,” kata Syamsu Rizal.
Menurut dia, ada 4 pilar penting literasi digital yang harus diketahui dan dipahami oleh para pengguna medsos, yakni kemampuan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.
Ia menjelaskan, kecakapan menggunakan media sosial tanpa dibarengi dengan pemahaman etika digital, budaya digital, maupun keamanan digital, bisa berakibat mengganggu orang lain di dunia maya.
Sejauh ini, kata dia, ISKI Sulsel bekerjasama dengan berbagai elemen terus melakukan edukasi terkait literasi digital. Ia berharap, pemerintah bisa memasukkan literasi digital ke kurikulum dunia pendidikan.
“Ini penting menurut kami, agar kurikulum pendidikan lebih bertanggung jawab terhadap akses informasi.
Sementara, Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Sulsel, Riswansyah Muchsin menilai, Indonesia saat telah terdampak invasi media sosial sebagai new media.
Menurutnya, kemunculan new media kadang membuat seseorang kebablasan dalam memilah dan memilih untuk dijadikan sebagai patokan informasi.
“Munculnya new media erat kaitannya dengan industri. Sebab, media sosial mampu menekan biaya produksi informasi,” katanya.
Olehnya itu, ia pun mewanti-wanti agar pengguna media sosial berpedoman pada empat pilar literasi digital.
“Karena apapun yang kita sampaikan di media sosial akan menjadi rekam jejak yang akan memenuhi ruang digital kita,” ujarnya. (*)