INIKATA.co.id – Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar kembali mencatatkan angka positif. Setelah minus pada masa pandemi 2020, lalu naik 4,47 persen pada 2021, kini naik satu digit menjadi 5,40 persen pada 2022.
Kepala BPS Kota Makassar, Syahrir Wahab mengatakan, raihan positif itu melampaui angka pertumbuhan provinsi dan nasional.
Pihaknya mencatat, pertumbuhan ekonomi atau PDRB Kota Makassar pada 2022 berada di angka 5,40 persen. Angka pertumbuhan ekonomi Kota Makassar itu melebihi pertumbahan ekonomi Provinsi Sulsel (5,09 persen) dan nasional (5,31) persen.
“Tiga sektor yang dominan dalam PDRB Makassar ini di antaranya, perdagangan, industri, dan konstruksi,” sebut Syahrir dalam laporannya.
Di samping pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk miskin di Kota Makassar juga mengalami penurunan. Dari 74.690 pada 2021 menjadi 71.830 di 2022.
Sinyal progresif itu sebenarnya sudah di-mention Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan ‘Danny’ Pomanto pada Sabtu, 25 Februari lalu di sela-sela penerimaan penghargaan sebagai Kota Pusat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Timur dari Tv One.
“Insya Allah pertumbuhan ekonomi Makassar kembali baik dengan pertumbuhan yang lebih tinggi dari nasional dan provinsi. Apalagi kontribusi Makassar terhadap provinsi sekitar 36 sampai 39 persen,” kata Danny Pomanto.
Danny menyampaikan bahwa Kota Makassar tidak bergantung pada satu sektor. Tetapi, ada empat sektor yang sangat dominan menopang perekonomian Kota Makassar.
Keempat sektor yang dimaksudnya yaitu sektor bisnis, perdagangan, hotel dan restoran serta properti.
Di samping memperhatikan core ekonomi tadi, Danny juga mengaku pihaknya selalu melakukan public engagement ke masyarakat untuk memberdayakan Lorong Wisata.
“Kita selalu melibatkan masyarakat terutama untuk membangun ekonomi dari lorong-lorong, karena ekonomi makro dan mikro itu sebuah sistem jadi bekerja dari bawah dan mempersempit gini rasio di kota Makassar sehingga Pemkot mengintervensi pembangunan ekonomi masyarakat di lorong-lorong,” jelasnya.
Hasilnya, dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi sekaligus menekan harga pangan sehingga inflasi menjadi terkendali. (*)

