INIKATA.co.id – Aksi penculikan dan pembunuhan yang dilakukan oleh dua remaja berinisial AD (17) dan MF (17) terhadap FS, bocah berusia 10 tahun warga Kecamatan Panakkukang, membuat heboh warga Kota Makassar.
Psikolog Sosial dari Universitas Hasanuddin, Ichlas Nanang Afandi mengatakan, kasus pembunuhan seperti ini memang kerap terjadi pada usia remaja yang belum matang dalam berpikir.
“Usia remaja itu usia yang paling rentan cepat sekali terpengaruh, yang saya baca juga itu terinspirasi atau tergiur dengan jual ginjal,” ujarnya.
Menurut dia, kasus seperti ini terjadi karena minimnya peran orang tua dan miskinnya literasi digital positif terhadap remaja di Kota Makassar.
“Saya kira kata kuncinya itu minimnya peran serta orang tua dan pengawasan orang tua. Kedua, itu perlu intens melakukan literasi digital positif, baik itu di level guru, orang tua, bahkan sampai di pemkot. Karena ini tidak ada hubungannya sama kultur,” ujarnya.
Menurut dia, program Pemkot Makassar terkait Smart City juga perlu dimasifkan dan menyasar kepada anak-anak remaja.
“Program smart city yang dicanangkan Pemerintah Kota Makassar itu harus dibarengi dengan literasi digital. Jadi akses internet itu menuntut peran orang tua, guru, pemerintah, termasuk dunia akademik. Itu tanggung jawab bersama,” ucapnya.
Kemudian dalam dunia pendidikan, kata dia, peran guru di sekolah juga menjadi tolak ukur atas sikap dan kematangan berpikir anak-anak remaja.
“Peranan orang tua dan guru itu sangat penting. Di usia pelaku yang seperti itu (remaja), pengawasan terhadap akses-akses digital harus lebih intens dilakukan, karena itu saya kira yang paling berbahaya sekali,” tuturnya.