INIKATA.co.id – BPS mencatat jumlah pemuda di Makassar mencapai 27 persen atau sebanyak 389.591 dari 1.423.877 penduduk di Makassar.
Jumlah tersebut merupakan sebuah modal bagi pemerintah kota untuk mengembangkan apotensi para pemuda.
Hanya saja, pengembangan potensi para pemuda di Makassar dirasa belum maksimal.
Mitra Utama Madani Institute Of Community Justice dalam Policy Brief memuat data dianalisis dari media monitoring yang dilakukan selama 3 tahun.
Dimana perkelahian atau tawuran antar kelompok pemuda di Makassar memperlihatkan tren meningkat.
Tahun 2020 sebanyak dua kasus, 2021 sebanyak 20 kasus, 2022 sebanyak 14 kasus dari bulan Januari-Juni 2022.
Meningkatnya trend perkelahian pemuda di Makassar merupakan sebuah tantangan yang perlu disikapi.
Olehnya itu, Usaid Madani berkerja sama Pemkot Makassar menggelar workshop.
Workshop itu bertema penguatan kolaborasi stakeholders dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengembangkan ruang ekspresi dan inklusi sosial di Makassar di Hotel Karebosi, Jl Kartini, Makassar, Selasa (23/8/2022) lalu.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Makassar, Helmy Budiman mengatakan, pemkot telah mengadopsi skema kolaborasi pentahelix.
Ada lima komponen di dalamnya, yakni pemeintah, perwakilan masyarakat, akademisi, pelaku usaha, dan media.
Dalam hal ini lembaga dan aparatur pemerintah dan swasta, bekerja secara kolektif dengan pihak non-pemerintah dalam membuat kebijakan atau melaksanakan program melalui proses yang bersifat multilateral, formal dan diskursif.
“Dengan adanya kegiatan ini kita bisa tingkatkan pembinaan terhadap potensi pemuda yang akan datang,” kata.
Sejauh ini, upaya pemerintah dalam mengembangkan potensi anak muda dengan melibatkan dalam agenda pemerintahan.
Disamping itu, NGO, CSR dan akademisi juga terlibat dalam memecahkan masalah kepemudaan di Makassar.
“Kita sudah libatkan pemuda dalam kegiatan yang sifatnya sosialisasi, pemberdayaan masyarakat, kegiatan keolahragaan dan kepemudaan,” jelasnya.(**)